Selasa, 29 Juni 2010

TV VS PRESTASI BELAJAR ANAK (part II)

Memberikan hiburan disamping pembelajaran adalah suatu keharusan. Tanpa belajar, anak akan sulit berkembang. Namun jika harus terus menerus belajar tanpa mempedulikan minat siswa belajar yang mulai menurun karena jenuh juga tidak baik. Akhirnya, solusi paling bijak adalah beri anak kita pembelajaran yang menyenangkan.
Dengan disisipi hiburan, anak tidak akan merasa jenuh dan kesal. Malah sebaliknya, anak akan merasa ketagihan. Ini positif.
Hiburan yang dimaksud banyak macam dan jenisnya. Dapat berupa audio, visual, audio-visual. Baik yang bersifat individual ataupun memerlukan keterlibatan langsung si anak.
Pada masa sekarang, anak mendapatkan hiburan yang terlalu statis. Tidak dapat melibatkan secara langsung dengan pribadi anak. Ini tentu berbahaya bagi mental anak kedepannya.
Televisi telah menjadi media hiburan yang paling murah dan paling mudah didapat. Walaupun demikian, televisi tidak boleh menjadi media hiburan yang utama, mengingat betapa media yang satu ini 70 % lebih berisi kekerasan, pornografi, pornoaksi, bergunjing, gosip, ledekan, cibiran, dan lain-lain. Perlu pengawasan dan bimbingan guru dan keterlibatan orang tua serta peranan positif dari lingkungan sekitarnya.
Masih ingat dengan kasus sejumlah anak kecil yang meng-smackdown-kan teman-teman sebayanya hingga tewas? Atau 30 kasus pemerkosaan dalam 1 bulan yang ditengarai akibat pelaku terangsang oleh adegan mesum ariel peterporn? Dan masih banyak lagi kasus yang lain, yang dengan efektifnya menghancurkan moral bangsa.
Bersambung...

Sabtu, 26 Juni 2010

konsekuensi guru

_______________ Forward Header _______________
Subject: konsekuensi guru
Author: "Handi Komara" <handikomara@yahoo.co.id>
Date: 26th June 2010 03:03

Guru adalah subjek dalam dunia pendidikan. Apa-apa yang dikatakan, dilakukan dan segala keputusan yang diambilnya adalah panutan bagi setiap anak didiknya. Kenyataan itu mau tidak mau menjadi momok yang menakutkan bagi pribadi-pribadi guru yang hanya mengejar duniawi semata dalam pengabdiannya.
Adakalanya mereka malah menghindar dari pandangan anak didiknya. Lucu memang. Tapi jiwa pengecutnya itu lahir dari ketidakbecusannya dalam memanage hati dan niatnya. Semoga kita terhindar dari hal demikian.
Disisi lain, kita masih dapat menemukan guru-guru yang patut mendapat julukan pahlawan tanpa tanda jasa. Nampaknya, bagi mereka, upah bukanlah prioritas utama. Mereka berkeyakinan bahwa duniawi akan senantiasa mengikuti mereka kemanapun mereka pergi, selama apa yangr dikerjakannya adalah suatu kebaikan dan dilakukan secara ikhlas.
Kewajibannya dalam menjaga kata, dan tingkah lakunya bukan merupakan beban. Karena, dalam kesehariannya, memang itulah adanya. Nah, untuk mencapai level ini, seorang guru harus dapat meluruskan kembali niat awalnya menjadi guru, berfikir jernih, bersabar dan istiqomah selalu.
Saya sendiri masih mengejar ke arah itu. Menjadi guru yang ikhlash adalah impianku.
Tidak dapat dipungkiri, kebutuhan akan materi semakin memeras perasaan. Keluarga adalah prioritas utama dalam hidup. Namun, saya terus berjuang untuk istiqomah agar kebutuhan keluarga dan profesionalisme dapat berbanding lurus.
Teman-teman, mohon follow blog ini guna mengikuti tema-tema baru untuk didiskusikan bersama. Semoga dengan demikian, kita semakin bertambah ilmu. Amin..

tayangan tv vs prestasi belajar anak

meninggalkan anak di depan tv adalah kesalahan yang fatal sekali. tayangan-tayangan tv belakangan semakin lose of control. pemerintah melalui lsf sudah tidak dapat dipercaya lagi untuk keamanan dan kenyamanan tayangan tv di negeri ini. banyak fakta dan data yang dapat menguatkan ini. persentase jenis tayangan bergenre pendidikan semakin kecil, terkalahkan oleh tayangan bergenre gosip.
padahal, di ajaran Islam, bergosip dan bergunjing tentang kehidupan orang lain adalah perbuatan dosa! konyolnya lagi, orang yang digosipkan malah merasa diuntungkan! gila!
dampak negatif pada anak diantaranya adalah menganggap keburukan-keburukan yang ditontonnya itu adalah hal yang lumrah. sehingga si anak akan dengan mudah mencontohnya! ngeri sekali.
perilaku seks bebas yang kata pemerintah harus diperangi itu nyata-nyata telah dibiarkan terjadi. buktinya pada kasus perzinahan nazriel 'ariel' peterpan, penyelesaiannya sangat alot. lebih alot dari kasus bom bunuh diri! pada kasus ariel, video pornonya menampilikan pelaku dengan jelas sekali. pada kasus bom bunuh diri, pelaku terekam oleh kamera cctv dengan kualitas gambar yang buruk dan dari jarak yang sangat jauh, namun polisi dengan cerdasnya dapat mengungkap pelaku dalam waktu yang cepat. nah, pada kasus ariel, polisi tampak kurang cerdas.
tapi, walaupun demikian, saya tetap cinta polisi dan mendukung penuh.
semoga tv semakin hari semakin dapat dipercaya sebagai media pencerdas bangsa, bukan sebaliknya.